Wednesday 25 November 2015


Mendengar kata seni, apa yang terlintas dalam pikiran??? identik dengan jaman dulu??? kebudayaan??? Atau kesenian??? Emmm tidak salah jika kita berfikir seperti itu. Seni itu memiliki arti yang banyak dan luas. Nah menurut saya pengertian seni adalah semua bentuk usaha yang sifat menghibur dan menyenangkan serta bisa menumbuhkan rasa nasionalisme kita terhadap kebudayaan Indonesia.
Tanggal 21 November 2015 kemarin pukul 20.00 WIB di gedung Wayang Orang Sriwedari Solo saya menikmati pertunjukan wayang orang bersama kawan saya. Saya sangat miris sekali dan sangat disayangkan sekali dengan menurunnya minat anak muda dalam melestarikan kesenian Indonesia khususnya kesenian yang terdapat di jawa tengah. Terbukti ketika saya mengajak beberapa kawan yang lain untuk menyaksikan pertunjukkan wayang orang yang saat ini sudah langka untuk ditemui. Wayang orang saat ini sangat langka, bisa dilihat dari menurunnya minat anak muda untuk ikut serta memeriahkan pertunjukan wayang orang malam itu.
Di dalam gedung wayang orang solo, dengan tiket Rp. 3.000 kita sudah bisa menikmati pertunjukan wayang hingga selesai. Betapa terharunya saya ketika masuk ke dalam gedung wayang orang solo ternyata di dalam sudah banyak di padati penonton yang di dominasi oleh orang-orang yang sudah tidak remaja lagi hhehe.
Dengan tema waktu itu Pedut Dwarawati, dengan di sutradarai oleh Bp. Sulistyanto, bersama crew karawitan dan para pemain yang tidak perlu diragukan lagi kemampuan dalam berakting. Di sini saya akan mereview sedikit mengenai cerita Pedut Dwarawati yang di mainkan di gedung wayang orang solo tersebut.
Awal mula cerita ini terjadi di kerajaan sindulaya.
Mahapatih Teja Denta dan para punggawa kerajaan sedang menghadap raja Teja Mulya, penguasa tertinggi di kerajaan sindulaya. Raja Teja Mulya jatuh cinta kepada Endang Widoretno.

Ketika para mahapatih menghadap Raja, para punakawanpun sedang beristirahat, mereka bersenda gurau dengan melantunkan tembang-tembang jawa sebagai penghilang rasa lelah dan penghibur diri.

Tak lama kemudian datanglah abimanyu yang sedang di rundung duka atas kematian istrinya yaitu, Endang Widoretno.

Datanglah para raksasa penunggu hutan menghadang, maka terjadilah peperangan sengit diantara mereka



Di tepi samudra Resi Tejo dan anaknya Bambang Sanditirta sedang membicarakan wangsit yang diperoleh dari para Dewa. Setelah beberapa menit mereka saling membicarakan wangsit, tiba-tiba datanglah arwah gentayangan menghadap Resi Tejo Jati. Arwah tersebut ingin membalas dendam kepada Sri Krisna dan para Pandawa atas kematiannya.

Di Taman Dwarawati Dewi Siti Sendari dan para abdinya sedang menunggu kedatangan abimanyu yang tak kunjung datang ke dwarawati. Namun tiba-tiba datanglah arwah gentayangan yang mengganggu Siti Sendari dan para abdinya, segera siti sendari dan para abdinya lari dan melaporkan kejadian tersebut kepada Sri Krisna.

Di sisi lain Sri Krisna dan para pandawa di kerajaan dwarawati tengah membicarakan hilangnya sang abimanyu. Namun tiba-tiba siti sendari datang dan melaporkan kejadian di taman dwarawati.

Para pandawa sedang sedang mencari arwah gentayangan tersebut, kedatangan arwah gentayangan kalang kabut melarikan diri.

Pelarian padawa bertemu Sri Krisna dan melaporkan tentang kegagalan menangkap arwah gentayangan yang terdapat di taman dwarawati. Tak lama kemudian datanglah abimanyu menghadap Sri Krisna.

Tak lama kemudian datanglah bambang sanditirta menghadap sri krisna untuk mengabdi kepada abimanyu. Sri Krisna menyanggupi dan menyuruh bambang sanditirta untuk segera masuk ke dalam tubuh abimanyu guna menangkap arwah gentayangan.

Setelah bambang sanditirta masuk ke dalam tubuh abimanyu, segera abimanyu mencari arwah gentayangan tersebut, dan sangat mengejutkan sekali arwah tersebut ternyata istrinya sendiri yaitu Endang Widoretno. Abimanyu sangat merasakan kepedihan yang teramat dalam. Abimanyupun segera menyempurnakan arwah Endang Widoretno.


Kemudian datanglah prabu teja mulya mencari keberadaan ending widoretno. Sri Krisna menghadang dan ia segera menyuruh bima untuk menghadapi prabu teja mulya. Dan akhirnya Prabu Teja Mulya takluk di tangan bima.

Nah itu tadi sedikit resume cerita dari Pedut Dwarawati, yang sangat bagus untuk meningkatkan rasa cinta terhapat kebudayaan Indonesia khususnya kebudayaan jawa.
Kita sebagai anak muda yang peduli akan nasib kebudayaan, wajib melestarikan dan mengembangkan kebudayaan-kebudayaan Indonesia.
KALAU BUKAN KITA SIAPA LAGI???
KALAU BUKAN SEKARANG KAPAN LAGI???


4 comments :

  1. hallo pewarta wonogiri, ini yang ada di balekambang itu ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. bukan kak itu yang di sriwedari, gedung kesenian. biasanya malem minggu ada pertunjukkan wayang orang

      Delete
  2. Keren, saya belum pernah nonton langsung acaranya, ini acara dimana ya ?

    ReplyDelete